Kamis, 10 Mei 2012

Cerpen post pertamaku

Diposting oleh Niken Tawang Sasi di 06.16

Masa pelatihan sebagai seorang calon anggota OSIS adalah suatu kewajiban yang harus aku tempuh untuk bisa menjadi anggota OSIS yang syah. Bukan karena aku tidak berpotensi, namun pelatihan adalah titik yang harus aku lewati sebelum dilantik menjadi anggota OSIS.
                Rey, Inta, Dinda, dan Tyan adalah teman satu kelompok ku selama 3 hari masa pelatihan. Sebagaimana yang telah diperintahkan oleh senior kami selalu menjaga kebersamaan kami kapanpun dan dimanapun. Hingga akhirnya tiba di hari terakhir pelatihan.
                Malam hari saat jelajah malam.
                “Kelompok satu, Rey, Inta, Dinda, Tyan, Nita, silahkan menuju ke pos 1 ”, panggil salah satu senior kami.
                Disepanjang penjelajahan malam itu, Tyan sangat menjagaku. Ketika berjalan diatas pematang sawah yang licin, dia memegang erat tanganku. Ketika aku terpeleset, dia menangkapku dengan lembut hingga aku jatuh kepelukan hangatnya. Hingga akhirnya sampailah kami di pos terakhir yaitu sebuah pemakaman umum. Kami berlima masuk perlahan, gelap, menyeramkan, dan harum bunga kenanga menemani perjalanan kami mencari dimana bendera bertuliskan angka 1 berada. Tyan mencoba melindungiku, dia selalu berjalan tepat disampingku. 10 menit kemudian kami berhasil menemukan bendera yang dianggap sebagai bukti bahwa kami kelompok satu telah melewati semua pos malam itu.
# # #
                Semenjak pelatihan, aku dan Tyan menjadi semakin akrab. Tak jarang dia datang di kelasku untuk sekedar mengajakku pergi ke kantin berdua. Waktu berlalu, hingga sampai pada Ujian Akhir Semester 1. Bulan Desember adalah bulan yang paling ditunggu Tyan. Karena Tyan meyakini bahwa Desember adalah bulan penuh berkah, terutama Hari Natal. Tyan menjalani hari-hari Ujian Akhir Smester 1 dengan penuh semangat. Setiap malam, Tyan selalu mengirim pesan singkat hanya untuk menyapa atau mengucapkan selamat tidur dan semoga besok diberi kelancaran oleh Tuhan.
Tak terasa, ujianpun selesai dan tibalah saat classmeeting. Pada hari terakhir classmeeting diadakan sebuah pentas seni. Tyan adalah drummer salah satu band di sekolah kami. Ia tampil memukau di pembukaan pentas seni, tanpa kusangka dia menyebut namaku dan memintaku untuk naik ke panggung, seketika aku berlari ke koridor sekolah agar tidak ada orang yang melihatku. Saat dilanda rasa senang yang bercampur dengan cemas, malu, dan takut, tiba-tiba Tyan menghampiriku dan berdiri tegak didepanku.
“ Kenapa kamu lari ? ”, tanya Tyan lirih.
“ Aku malu ”, jawabku pelan.
“ Malu kenapa? Malu kalau ternyata aku suka sama kamu ? ”
“ Bukan, Yan. Aku cuma gugup aja, aku nggak tahu harus ngapain kalau kamu manggil aku gitu ”
“ Gampang, Nit. Seandainya ada cowok yang manggil kamu ke panggung dengan penuh rasa hormat dia menyampaikan bahwa selama ini dia mencintai kamu, apa yang bakalan kamu lakuin ? ”
Nggak mungkin banget kalau aku harus membuat keputusan dalam waktu hanya beberapa detik. Pasti aku butuh waktu untuk memikirkan apa keputusan yang terbaik ”
“ O, makasih, sekarang aku tahu, apa yang kamu pengen ”
 “ Lho? Maksudnya? ”
“ Jadi gini, Nit. Sebenernya semenjak pelatihan OSIS kemarin aku mulai ngerasa cocok sama kamu, aku suka sama kamu, emang sih aku nggak bisa romantis, tapi ya beginilah caraku, aku sangat menghormati cewek, itu sebabnya selama ini aku selalu jagain kamu”
“ O, jadi gitu”
“ Maaf, Nit. Nggak apa apa kok kalo kamu butuh waktu, aku juga sebenernya ragu apa kamu juga suka sama aku atau nggak, secara kamu muslimah yang berjilbab dan taat, sedangkan aku, kita berdua beda seratus delapan puluh derajat. Tapi aku tetap berharap kalau kamu juga nggak terlalu mempermasalahkan perbedaan itu”
“ Maaf juga ya, Yan. Aku nggak nyangka kalo kamu bakalan ngelakuin sejauh ini. Maaf aku belum bisa kasih keputusan sekarang. Aku minta waktu buat mikir”
“ Iya, nggak apa-apa kok, Nit. Seminggu kedepan kan kita liburan, gimana kalo waktu kamu mikir adalah seminggu kedepan, begitu hari pertama masuk, kita ketemu lagi jam pulang sekolah di gazebo taman kota”
“ Iya deh. Seminggu lagi pulang sekolah di gazebo taman kota”
“ Eits, tapi inget selama seminggu ini kamu harus jaga diri, nggak boleh ngelirik atau nyangkut sama cowok lain, oke?”
“ Siap,Komandan”
“ Yaudah aku gabung sama anak-anak dulu ya. See you next week, I love you”
Dalam hati kecilku berbisik “I love you too, Tyan”
# # #
                Selama liburan, Tyan sangat jarang mengirim pesan teks untukku. Aku tidak menganggap itu sebagai masalah, karena aku sangat menghargai bahwa saat ini adalah waktu untuk Tyan berkumpul dengan keluarga besarnya untuk merayakan natal. Satu-satunya pesan teks yang kuterima dari Tyan adalah
“Christmas meriah, tapi aku masih ngerasa kurang, I miss you, Nita my fairy”
                Hari pertama sekolah setelah liburan.
                Hari yang sangat aku tunggu, karena hari ini aku akan bertemu dengan Tyan dan mengatakan bahwa aku bersedia dengan senang hati menjadi kekasihnya. Sepulang sekolah, aku segera menuju ke gazebo taman kota, ternyata Tyan telah berada disana. Pasti dia sudah tidak sabar mendengar jawabanku.
“ Hai, Nit”, sapanya lembut.
“ Hai juga, Yan. Gimana liburannya? Meriah kan Christmassnya?”, balasku.
“ Meriah kok, tapi ada satu hal yang pengan aku omongin sama kamu”
“ Oh ya? Apa?”
“ Jadi gini, kemarin waktu malam misa di gereja, mama ngenalin aku sama anaknya temen mama, namanya Ika. Dia anak tunggal, dan dia sakit kanker otak. Sepulang dari gereja, mama minta aku buat nikah sama Ika tahun depan. Jadi maaf, Nit. Mulai kemarin aku udah resmi pacaran sama Ika”
“ Oh, gitu ya”, balasku ketus.
“ Maafin aku, Nit. Aku bener-bener nggak bisa nolak permintaan mamaku. Tapi tenang aja, aku janji empat tahun lagi waktu kamu selesai kuliah di Aussie, begitu kamu balik ke Indonesia, aku bakalan ngelamar kamu”, ia coba menenangkanku.
“ Terus Ika gimana?”, tanyaku heran.
“ Dokter bilang, dia cuma punya waktu dua tahun, habis itu aku bakalan balik lagi sama kamu. Aku janji nggak bakalan ngecewain kamu lagi”, balasnya meyakinkan.
“ Kamu nggak harus janji, kalo emang kamu bahagia sama Ika, aku juga pasti seneng kok, Yan. Bahagiain Ika ya, bikin momen-momen terbaik dalam hidup dia”,
                Dengan berat hati aku pulang. Aku meninggalkan Tyan yang sebenarnya tersiksa dengan adanya perjodohan ini.
# # #
                Setahun berlalu, kini saatnya aku untuk melanjutkan belajarku dan kuliah di Australia. Karena aku percaya dengan apa yang dijanjikan Tyan kepadaku, selama 3 tahun aku sama sekali tidak pernah menaruh hati kepada setiap pemuda yang menaruh simpati kepadaku. Hingga akhirnya sampai pada prosesi wisuda. Dengan bangga aku pulang ke Indonesia dengan gelar Magister Ekonomi termuda.
                Karena telah lama tak merasakan sensasi berbelanja di Indonesia, hari kedua di Indonesia aku segera menuju ke salah satu mall di Jakarta dengan ditemani bunda, dan kakak perempuanku. Setelah dua jam, kami menuju ke foodcourt yang terletak di lantai dasar.
                Saat tengah menikmati makanan kami, aku seperti melihat Tyan di meja didepan kami. Secara seksama kuamati pria itu. Ternyata benar, itu memang Tyan. Tapi yang kulihat saat ini, adalah Tyan yang sangat dewasa, satu yang kurasa aneh. Dia duduk dengan seorang wanita berwajah oriental yang sedang menggendong anak laki-laki. Mungkinkah itu Ika? Tapi Tyan bilang dia hanya punya waktu 2 tahun, sementara sekarang sudah lebih dari 3 tahun.
                Melihat ini, seketika aku mengirim pesan singkat kepada Tyan
“ Tyan, aku sudah pulang di Indonesia, bisa kita ketemu sebentar. Aku tunggu di gazebo taman kota jam 3 sore ini”
                Tyan tidak membalas, kulihat dia hanya menatap ponselnya sebentar kemudian kembali bergurau dengan wanita dan anak laki-laki itu.
                Waktu menunujukkan pukul 15.00. Aku sedang dalam perjalanan menuju ke taman kota.  Tanpa aku sadari, ketika aku sampai di gazebo, ternyata Tyan telah duduk tertunduk di salah satu sudut gazebo.
“ Hai, Tyan”, sapaku lirih.
“ Oh, hai, Nit. Maaf, Nit” balasnya.
“ Maaf? Buat apa?”
“ Aku udah ngelanggar janjiku sama kamu 4 tahun lalu. Aku nggak bisa ngelamar kamu sekarang”
“ Kenapa? Siapa cewek itu?”, tambahku sembari mengarahkan telunjukku kesebuah moobil yang terparkir tak jauh dari gazebo yang didalamnya duduk seorang wanita memangku anak kecil dan dari tadi menatap cemas kearahku dan Tyan.
“ Dia Ika. Selama ini dia memang bohong. Dia sama sekali tidak menderita kanker”
“ Terus kenapa kamu masih tetap bertahan sama dia, kamu lupa kalo kamu pernah bilang cintamu hanya untuk aku, atau jangan-jangan kamu memang sengaja merencanakan ini semua dari awal?”
“ Bukan begitu, Nit. Posisiku saat itu sangat berat. Aku mencintai kamu tulus. Aku udah rela nunggu kamu sampek hampir dua tahun. Tapi selama dua tahun itu kamu nggak kasih kabar sama sekali. Ini sama aja aku harus nunggu orang yang aku sendiri nggak tahu gimana kamu waktu itu. Dan waktu itu ada Ika yang selalu ada buat aku, selalu bisa nenangin aku, dia selalu sayang sama aku dengan tulus.Although pada waktu itu aku juga inget kalo aku lagi nungguin kamu, tapi adanya Ika sangat membuat aku nyaman tanpa kamu. Maaf, Nita ”
“ O, gitu. Yaudah kamu pulang aja. Udah jelas kok, aku udah ngerti. Aku pulang dulu, berjuang buat keluarga kecilmu, buat mereka bahagia. Jangan sampek berakhir kayak kita sekarang, have a nice day”
“ Nit, maaf”
Tanpa basa-basi aku berlari pergi melenyapkan diri dari pandangan Tyan dan masuk kedalam taksi dan peluh mataku jatuh tak tertahankan. Tiba-tiba ada sebuah pesan singkat yang bertuliskan ‘ Si Abang Tyan’
 “ Nita my fairy, maaf aku tidak bisa mennepati janjikui. Salam manis dari ‘Abang Tyan’ junior, dia kasep dan ganteng kayak papanya. Semoga kamu menemukan pangeran yang tepat. I will always keep  you in my heart, My Fairy”
                Aku hanya bisa menangis  dan mengurung diri dikamar sambil memutar lagu Rossa “Tega”.
Aku tahu, dirimu kini telah ada yang memiliki.
Tapi bagaimanakah dengan diriku,
Tak mungkin kusanggup untuk kehilangan dirimu
Aku tahu bukan saatnya tuk mengharap cintamu lagi.
Tapi bagaimanakah dengan aku,
Tak mungkin kusanggup hidup sendiri tanpa cintamu
               
Luka yang pernah ditorehkan Tyan semasa SMA, kini kembali menganga.

~TAMAT~

0 komentar:

Posting Komentar

Kamis, 10 Mei 2012

Cerpen post pertamaku

Diposting oleh Niken Tawang Sasi di 06.16

Masa pelatihan sebagai seorang calon anggota OSIS adalah suatu kewajiban yang harus aku tempuh untuk bisa menjadi anggota OSIS yang syah. Bukan karena aku tidak berpotensi, namun pelatihan adalah titik yang harus aku lewati sebelum dilantik menjadi anggota OSIS.
                Rey, Inta, Dinda, dan Tyan adalah teman satu kelompok ku selama 3 hari masa pelatihan. Sebagaimana yang telah diperintahkan oleh senior kami selalu menjaga kebersamaan kami kapanpun dan dimanapun. Hingga akhirnya tiba di hari terakhir pelatihan.
                Malam hari saat jelajah malam.
                “Kelompok satu, Rey, Inta, Dinda, Tyan, Nita, silahkan menuju ke pos 1 ”, panggil salah satu senior kami.
                Disepanjang penjelajahan malam itu, Tyan sangat menjagaku. Ketika berjalan diatas pematang sawah yang licin, dia memegang erat tanganku. Ketika aku terpeleset, dia menangkapku dengan lembut hingga aku jatuh kepelukan hangatnya. Hingga akhirnya sampailah kami di pos terakhir yaitu sebuah pemakaman umum. Kami berlima masuk perlahan, gelap, menyeramkan, dan harum bunga kenanga menemani perjalanan kami mencari dimana bendera bertuliskan angka 1 berada. Tyan mencoba melindungiku, dia selalu berjalan tepat disampingku. 10 menit kemudian kami berhasil menemukan bendera yang dianggap sebagai bukti bahwa kami kelompok satu telah melewati semua pos malam itu.
# # #
                Semenjak pelatihan, aku dan Tyan menjadi semakin akrab. Tak jarang dia datang di kelasku untuk sekedar mengajakku pergi ke kantin berdua. Waktu berlalu, hingga sampai pada Ujian Akhir Semester 1. Bulan Desember adalah bulan yang paling ditunggu Tyan. Karena Tyan meyakini bahwa Desember adalah bulan penuh berkah, terutama Hari Natal. Tyan menjalani hari-hari Ujian Akhir Smester 1 dengan penuh semangat. Setiap malam, Tyan selalu mengirim pesan singkat hanya untuk menyapa atau mengucapkan selamat tidur dan semoga besok diberi kelancaran oleh Tuhan.
Tak terasa, ujianpun selesai dan tibalah saat classmeeting. Pada hari terakhir classmeeting diadakan sebuah pentas seni. Tyan adalah drummer salah satu band di sekolah kami. Ia tampil memukau di pembukaan pentas seni, tanpa kusangka dia menyebut namaku dan memintaku untuk naik ke panggung, seketika aku berlari ke koridor sekolah agar tidak ada orang yang melihatku. Saat dilanda rasa senang yang bercampur dengan cemas, malu, dan takut, tiba-tiba Tyan menghampiriku dan berdiri tegak didepanku.
“ Kenapa kamu lari ? ”, tanya Tyan lirih.
“ Aku malu ”, jawabku pelan.
“ Malu kenapa? Malu kalau ternyata aku suka sama kamu ? ”
“ Bukan, Yan. Aku cuma gugup aja, aku nggak tahu harus ngapain kalau kamu manggil aku gitu ”
“ Gampang, Nit. Seandainya ada cowok yang manggil kamu ke panggung dengan penuh rasa hormat dia menyampaikan bahwa selama ini dia mencintai kamu, apa yang bakalan kamu lakuin ? ”
Nggak mungkin banget kalau aku harus membuat keputusan dalam waktu hanya beberapa detik. Pasti aku butuh waktu untuk memikirkan apa keputusan yang terbaik ”
“ O, makasih, sekarang aku tahu, apa yang kamu pengen ”
 “ Lho? Maksudnya? ”
“ Jadi gini, Nit. Sebenernya semenjak pelatihan OSIS kemarin aku mulai ngerasa cocok sama kamu, aku suka sama kamu, emang sih aku nggak bisa romantis, tapi ya beginilah caraku, aku sangat menghormati cewek, itu sebabnya selama ini aku selalu jagain kamu”
“ O, jadi gitu”
“ Maaf, Nit. Nggak apa apa kok kalo kamu butuh waktu, aku juga sebenernya ragu apa kamu juga suka sama aku atau nggak, secara kamu muslimah yang berjilbab dan taat, sedangkan aku, kita berdua beda seratus delapan puluh derajat. Tapi aku tetap berharap kalau kamu juga nggak terlalu mempermasalahkan perbedaan itu”
“ Maaf juga ya, Yan. Aku nggak nyangka kalo kamu bakalan ngelakuin sejauh ini. Maaf aku belum bisa kasih keputusan sekarang. Aku minta waktu buat mikir”
“ Iya, nggak apa-apa kok, Nit. Seminggu kedepan kan kita liburan, gimana kalo waktu kamu mikir adalah seminggu kedepan, begitu hari pertama masuk, kita ketemu lagi jam pulang sekolah di gazebo taman kota”
“ Iya deh. Seminggu lagi pulang sekolah di gazebo taman kota”
“ Eits, tapi inget selama seminggu ini kamu harus jaga diri, nggak boleh ngelirik atau nyangkut sama cowok lain, oke?”
“ Siap,Komandan”
“ Yaudah aku gabung sama anak-anak dulu ya. See you next week, I love you”
Dalam hati kecilku berbisik “I love you too, Tyan”
# # #
                Selama liburan, Tyan sangat jarang mengirim pesan teks untukku. Aku tidak menganggap itu sebagai masalah, karena aku sangat menghargai bahwa saat ini adalah waktu untuk Tyan berkumpul dengan keluarga besarnya untuk merayakan natal. Satu-satunya pesan teks yang kuterima dari Tyan adalah
“Christmas meriah, tapi aku masih ngerasa kurang, I miss you, Nita my fairy”
                Hari pertama sekolah setelah liburan.
                Hari yang sangat aku tunggu, karena hari ini aku akan bertemu dengan Tyan dan mengatakan bahwa aku bersedia dengan senang hati menjadi kekasihnya. Sepulang sekolah, aku segera menuju ke gazebo taman kota, ternyata Tyan telah berada disana. Pasti dia sudah tidak sabar mendengar jawabanku.
“ Hai, Nit”, sapanya lembut.
“ Hai juga, Yan. Gimana liburannya? Meriah kan Christmassnya?”, balasku.
“ Meriah kok, tapi ada satu hal yang pengan aku omongin sama kamu”
“ Oh ya? Apa?”
“ Jadi gini, kemarin waktu malam misa di gereja, mama ngenalin aku sama anaknya temen mama, namanya Ika. Dia anak tunggal, dan dia sakit kanker otak. Sepulang dari gereja, mama minta aku buat nikah sama Ika tahun depan. Jadi maaf, Nit. Mulai kemarin aku udah resmi pacaran sama Ika”
“ Oh, gitu ya”, balasku ketus.
“ Maafin aku, Nit. Aku bener-bener nggak bisa nolak permintaan mamaku. Tapi tenang aja, aku janji empat tahun lagi waktu kamu selesai kuliah di Aussie, begitu kamu balik ke Indonesia, aku bakalan ngelamar kamu”, ia coba menenangkanku.
“ Terus Ika gimana?”, tanyaku heran.
“ Dokter bilang, dia cuma punya waktu dua tahun, habis itu aku bakalan balik lagi sama kamu. Aku janji nggak bakalan ngecewain kamu lagi”, balasnya meyakinkan.
“ Kamu nggak harus janji, kalo emang kamu bahagia sama Ika, aku juga pasti seneng kok, Yan. Bahagiain Ika ya, bikin momen-momen terbaik dalam hidup dia”,
                Dengan berat hati aku pulang. Aku meninggalkan Tyan yang sebenarnya tersiksa dengan adanya perjodohan ini.
# # #
                Setahun berlalu, kini saatnya aku untuk melanjutkan belajarku dan kuliah di Australia. Karena aku percaya dengan apa yang dijanjikan Tyan kepadaku, selama 3 tahun aku sama sekali tidak pernah menaruh hati kepada setiap pemuda yang menaruh simpati kepadaku. Hingga akhirnya sampai pada prosesi wisuda. Dengan bangga aku pulang ke Indonesia dengan gelar Magister Ekonomi termuda.
                Karena telah lama tak merasakan sensasi berbelanja di Indonesia, hari kedua di Indonesia aku segera menuju ke salah satu mall di Jakarta dengan ditemani bunda, dan kakak perempuanku. Setelah dua jam, kami menuju ke foodcourt yang terletak di lantai dasar.
                Saat tengah menikmati makanan kami, aku seperti melihat Tyan di meja didepan kami. Secara seksama kuamati pria itu. Ternyata benar, itu memang Tyan. Tapi yang kulihat saat ini, adalah Tyan yang sangat dewasa, satu yang kurasa aneh. Dia duduk dengan seorang wanita berwajah oriental yang sedang menggendong anak laki-laki. Mungkinkah itu Ika? Tapi Tyan bilang dia hanya punya waktu 2 tahun, sementara sekarang sudah lebih dari 3 tahun.
                Melihat ini, seketika aku mengirim pesan singkat kepada Tyan
“ Tyan, aku sudah pulang di Indonesia, bisa kita ketemu sebentar. Aku tunggu di gazebo taman kota jam 3 sore ini”
                Tyan tidak membalas, kulihat dia hanya menatap ponselnya sebentar kemudian kembali bergurau dengan wanita dan anak laki-laki itu.
                Waktu menunujukkan pukul 15.00. Aku sedang dalam perjalanan menuju ke taman kota.  Tanpa aku sadari, ketika aku sampai di gazebo, ternyata Tyan telah duduk tertunduk di salah satu sudut gazebo.
“ Hai, Tyan”, sapaku lirih.
“ Oh, hai, Nit. Maaf, Nit” balasnya.
“ Maaf? Buat apa?”
“ Aku udah ngelanggar janjiku sama kamu 4 tahun lalu. Aku nggak bisa ngelamar kamu sekarang”
“ Kenapa? Siapa cewek itu?”, tambahku sembari mengarahkan telunjukku kesebuah moobil yang terparkir tak jauh dari gazebo yang didalamnya duduk seorang wanita memangku anak kecil dan dari tadi menatap cemas kearahku dan Tyan.
“ Dia Ika. Selama ini dia memang bohong. Dia sama sekali tidak menderita kanker”
“ Terus kenapa kamu masih tetap bertahan sama dia, kamu lupa kalo kamu pernah bilang cintamu hanya untuk aku, atau jangan-jangan kamu memang sengaja merencanakan ini semua dari awal?”
“ Bukan begitu, Nit. Posisiku saat itu sangat berat. Aku mencintai kamu tulus. Aku udah rela nunggu kamu sampek hampir dua tahun. Tapi selama dua tahun itu kamu nggak kasih kabar sama sekali. Ini sama aja aku harus nunggu orang yang aku sendiri nggak tahu gimana kamu waktu itu. Dan waktu itu ada Ika yang selalu ada buat aku, selalu bisa nenangin aku, dia selalu sayang sama aku dengan tulus.Although pada waktu itu aku juga inget kalo aku lagi nungguin kamu, tapi adanya Ika sangat membuat aku nyaman tanpa kamu. Maaf, Nita ”
“ O, gitu. Yaudah kamu pulang aja. Udah jelas kok, aku udah ngerti. Aku pulang dulu, berjuang buat keluarga kecilmu, buat mereka bahagia. Jangan sampek berakhir kayak kita sekarang, have a nice day”
“ Nit, maaf”
Tanpa basa-basi aku berlari pergi melenyapkan diri dari pandangan Tyan dan masuk kedalam taksi dan peluh mataku jatuh tak tertahankan. Tiba-tiba ada sebuah pesan singkat yang bertuliskan ‘ Si Abang Tyan’
 “ Nita my fairy, maaf aku tidak bisa mennepati janjikui. Salam manis dari ‘Abang Tyan’ junior, dia kasep dan ganteng kayak papanya. Semoga kamu menemukan pangeran yang tepat. I will always keep  you in my heart, My Fairy”
                Aku hanya bisa menangis  dan mengurung diri dikamar sambil memutar lagu Rossa “Tega”.
Aku tahu, dirimu kini telah ada yang memiliki.
Tapi bagaimanakah dengan diriku,
Tak mungkin kusanggup untuk kehilangan dirimu
Aku tahu bukan saatnya tuk mengharap cintamu lagi.
Tapi bagaimanakah dengan aku,
Tak mungkin kusanggup hidup sendiri tanpa cintamu
               
Luka yang pernah ditorehkan Tyan semasa SMA, kini kembali menganga.

~TAMAT~

0 komentar on "Cerpen post pertamaku"

Posting Komentar

 

niken tawang sasi Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea