Masa pelatihan sebagai seorang calon anggota OSIS adalah suatu kewajiban yang harus aku tempuh untuk bisa menjadi anggota OSIS yang syah. Bukan karena aku tidak berpotensi, namun pelatihan adalah titik yang harus aku lewati sebelum dilantik menjadi anggota OSIS.
Rey,
Inta, Dinda, dan Tyan adalah teman satu kelompok ku selama 3 hari masa
pelatihan. Sebagaimana yang telah diperintahkan oleh senior kami selalu menjaga
kebersamaan kami kapanpun dan dimanapun. Hingga akhirnya tiba di hari terakhir
pelatihan.
Malam
hari saat jelajah malam.
“Kelompok
satu, Rey, Inta, Dinda, Tyan, Nita, silahkan menuju ke pos 1 ”, panggil salah
satu senior kami.
Disepanjang
penjelajahan malam itu, Tyan sangat menjagaku. Ketika berjalan diatas pematang
sawah yang licin, dia memegang erat tanganku. Ketika aku terpeleset, dia
menangkapku dengan lembut hingga aku jatuh kepelukan hangatnya. Hingga akhirnya
sampailah kami di pos terakhir yaitu sebuah pemakaman umum. Kami berlima masuk
perlahan, gelap, menyeramkan, dan harum bunga kenanga menemani perjalanan kami
mencari dimana bendera bertuliskan angka 1 berada. Tyan mencoba melindungiku,
dia selalu berjalan tepat disampingku. 10 menit kemudian kami berhasil
menemukan bendera yang dianggap sebagai bukti bahwa kami kelompok satu telah
melewati semua pos malam itu.
# # #
Semenjak
pelatihan, aku dan Tyan menjadi semakin akrab. Tak jarang dia datang di kelasku
untuk sekedar mengajakku pergi ke kantin berdua. Waktu berlalu, hingga sampai
pada Ujian Akhir Semester 1. Bulan Desember adalah bulan yang paling ditunggu Tyan.
Karena Tyan meyakini bahwa Desember adalah bulan penuh berkah, terutama Hari
Natal. Tyan menjalani hari-hari Ujian Akhir Smester 1 dengan penuh semangat.
Setiap malam, Tyan selalu mengirim pesan singkat hanya untuk menyapa atau
mengucapkan selamat tidur dan semoga besok diberi kelancaran oleh Tuhan.
Tak terasa,
ujianpun selesai dan tibalah saat classmeeting. Pada hari terakhir classmeeting
diadakan sebuah pentas seni. Tyan adalah drummer
salah satu band di sekolah kami. Ia tampil memukau di pembukaan pentas
seni, tanpa kusangka dia menyebut namaku dan memintaku untuk naik ke panggung,
seketika aku berlari ke koridor sekolah agar tidak ada orang yang melihatku.
Saat dilanda rasa senang yang bercampur dengan cemas, malu, dan takut,
tiba-tiba Tyan menghampiriku dan berdiri tegak didepanku.
“ Kenapa kamu lari ? ”, tanya Tyan lirih.
“ Aku malu ”, jawabku pelan.
“ Malu kenapa? Malu kalau ternyata aku suka sama kamu ? ”
“ Bukan, Yan. Aku cuma gugup aja, aku nggak tahu harus ngapain kalau kamu manggil aku gitu ”
“ Gampang, Nit. Seandainya ada cowok yang manggil kamu ke panggung
dengan penuh rasa hormat dia menyampaikan bahwa selama ini dia mencintai kamu,
apa yang bakalan kamu lakuin ? ”
“ Nggak mungkin banget kalau
aku harus membuat keputusan dalam waktu hanya beberapa detik. Pasti aku butuh
waktu untuk memikirkan apa keputusan yang terbaik ”
“ O, makasih, sekarang aku tahu, apa yang kamu pengen ”
“ Lho? Maksudnya? ”
“ Jadi gini, Nit. Sebenernya semenjak pelatihan OSIS kemarin aku mulai
ngerasa cocok sama kamu, aku suka sama kamu, emang sih aku nggak bisa romantis, tapi ya beginilah caraku, aku sangat
menghormati cewek, itu sebabnya selama ini aku selalu jagain kamu”
“ O, jadi gitu”
“ Maaf, Nit. Nggak apa apa
kok kalo kamu butuh waktu, aku juga sebenernya ragu apa kamu juga suka sama aku
atau nggak, secara kamu muslimah yang
berjilbab dan taat, sedangkan aku, kita berdua beda seratus delapan puluh
derajat. Tapi aku tetap berharap kalau kamu juga nggak terlalu mempermasalahkan perbedaan itu”
“ Maaf juga ya, Yan. Aku nggak
nyangka kalo kamu bakalan ngelakuin sejauh ini. Maaf aku belum bisa kasih
keputusan sekarang. Aku minta waktu buat mikir”
“ Iya, nggak apa-apa kok,
Nit. Seminggu kedepan kan kita liburan, gimana kalo waktu kamu mikir adalah
seminggu kedepan, begitu hari pertama masuk, kita ketemu lagi jam pulang
sekolah di gazebo taman kota”
“ Iya deh. Seminggu lagi pulang sekolah di gazebo taman kota”
“ Eits, tapi inget selama seminggu ini kamu harus jaga diri, nggak
boleh ngelirik atau nyangkut sama cowok lain, oke?”
“ Siap,Komandan”
“ Yaudah aku gabung sama anak-anak dulu ya. See you next week, I love
you”
Dalam hati kecilku berbisik “I love you too, Tyan”
# # #
Selama
liburan, Tyan sangat jarang mengirim pesan teks untukku. Aku tidak menganggap
itu sebagai masalah, karena aku sangat menghargai bahwa saat ini adalah waktu
untuk Tyan berkumpul dengan keluarga besarnya untuk merayakan natal.
Satu-satunya pesan teks yang kuterima dari Tyan adalah
“Christmas
meriah, tapi aku masih ngerasa kurang, I miss you, Nita my fairy”
Hari
pertama sekolah setelah liburan.
Hari
yang sangat aku tunggu, karena hari ini aku akan bertemu dengan Tyan dan
mengatakan bahwa aku bersedia dengan senang hati menjadi kekasihnya. Sepulang
sekolah, aku segera menuju ke gazebo taman kota, ternyata Tyan telah berada
disana. Pasti dia sudah tidak sabar mendengar jawabanku.
“ Hai, Nit”,
sapanya lembut.
“ Hai juga,
Yan. Gimana liburannya? Meriah kan Christmassnya?”, balasku.
“ Meriah kok,
tapi ada satu hal yang pengan aku omongin sama kamu”
“ Oh ya? Apa?”
“ Jadi gini, kemarin waktu malam misa di gereja, mama ngenalin aku sama
anaknya temen mama, namanya Ika. Dia anak tunggal, dan dia sakit kanker otak.
Sepulang dari gereja, mama minta aku buat nikah sama Ika tahun depan. Jadi
maaf, Nit. Mulai kemarin aku udah resmi pacaran sama Ika”
“ Oh, gitu ya”, balasku ketus.
“ Maafin aku, Nit. Aku bener-bener nggak bisa nolak permintaan mamaku.
Tapi tenang aja, aku janji empat tahun lagi waktu kamu selesai kuliah di
Aussie, begitu kamu balik ke Indonesia, aku bakalan ngelamar kamu”, ia coba
menenangkanku.
“ Terus Ika gimana?”, tanyaku heran.
“ Dokter bilang, dia cuma punya waktu dua tahun, habis itu aku bakalan
balik lagi sama kamu. Aku janji nggak bakalan ngecewain kamu lagi”, balasnya
meyakinkan.
“ Kamu nggak harus janji, kalo emang kamu bahagia sama Ika, aku juga
pasti seneng kok, Yan. Bahagiain Ika ya, bikin momen-momen terbaik dalam hidup
dia”,
Dengan
berat hati aku pulang. Aku meninggalkan Tyan yang sebenarnya tersiksa dengan
adanya perjodohan ini.
# # #
Setahun
berlalu, kini saatnya aku untuk melanjutkan belajarku dan kuliah di Australia.
Karena aku percaya dengan apa yang dijanjikan Tyan kepadaku, selama 3 tahun aku
sama sekali tidak pernah menaruh hati kepada setiap pemuda yang menaruh simpati
kepadaku. Hingga akhirnya sampai pada prosesi wisuda. Dengan bangga aku pulang
ke Indonesia dengan gelar Magister Ekonomi termuda.
Karena
telah lama tak merasakan sensasi berbelanja di Indonesia, hari kedua di
Indonesia aku segera menuju ke salah satu mall di Jakarta dengan ditemani
bunda, dan kakak perempuanku. Setelah dua jam, kami menuju ke foodcourt yang terletak di lantai dasar.
Saat
tengah menikmati makanan kami, aku seperti melihat Tyan di meja didepan kami.
Secara seksama kuamati pria itu. Ternyata benar, itu memang Tyan. Tapi yang
kulihat saat ini, adalah Tyan yang sangat dewasa, satu yang kurasa aneh. Dia
duduk dengan seorang wanita berwajah oriental yang sedang menggendong anak laki-laki.
Mungkinkah itu Ika? Tapi Tyan bilang dia hanya punya waktu 2 tahun, sementara
sekarang sudah lebih dari 3 tahun.
Melihat
ini, seketika aku mengirim pesan singkat kepada Tyan
“ Tyan, aku sudah pulang di Indonesia, bisa kita ketemu sebentar. Aku
tunggu di gazebo taman kota jam 3 sore ini”
Tyan
tidak membalas, kulihat dia hanya menatap ponselnya sebentar kemudian kembali
bergurau dengan wanita dan anak laki-laki itu.
Waktu
menunujukkan pukul 15.00. Aku sedang dalam perjalanan menuju ke taman kota. Tanpa aku sadari, ketika aku sampai di
gazebo, ternyata Tyan telah duduk tertunduk di salah satu sudut gazebo.
“ Hai, Tyan”, sapaku lirih.
“ Oh, hai, Nit. Maaf, Nit” balasnya.
“ Maaf? Buat apa?”
“ Aku udah ngelanggar janjiku sama kamu 4 tahun lalu. Aku nggak bisa
ngelamar kamu sekarang”
“ Kenapa? Siapa cewek itu?”, tambahku sembari mengarahkan telunjukku
kesebuah moobil yang terparkir tak jauh dari gazebo yang didalamnya duduk
seorang wanita memangku anak kecil dan dari tadi menatap cemas kearahku dan
Tyan.
“ Dia Ika. Selama ini dia memang bohong. Dia sama sekali tidak
menderita kanker”
“ Terus kenapa kamu masih tetap bertahan sama dia, kamu lupa kalo kamu
pernah bilang cintamu hanya untuk aku, atau jangan-jangan kamu memang sengaja
merencanakan ini semua dari awal?”
“ Bukan begitu, Nit. Posisiku saat itu sangat berat. Aku mencintai kamu
tulus. Aku udah rela nunggu kamu sampek hampir dua tahun. Tapi selama dua tahun
itu kamu nggak kasih kabar sama sekali. Ini sama aja aku harus nunggu orang
yang aku sendiri nggak tahu gimana kamu waktu itu. Dan waktu itu ada Ika yang
selalu ada buat aku, selalu bisa nenangin aku, dia selalu sayang sama aku
dengan tulus.Although pada waktu itu aku juga inget kalo aku lagi nungguin
kamu, tapi adanya Ika sangat membuat aku nyaman tanpa kamu. Maaf, Nita ”
“ O, gitu. Yaudah kamu pulang aja. Udah jelas kok, aku udah ngerti. Aku
pulang dulu, berjuang buat keluarga kecilmu, buat mereka bahagia. Jangan sampek
berakhir kayak kita sekarang, have a nice day”
“ Nit, maaf”
Tanpa basa-basi aku berlari pergi melenyapkan diri dari pandangan Tyan
dan masuk kedalam taksi dan peluh mataku jatuh tak tertahankan. Tiba-tiba ada
sebuah pesan singkat yang bertuliskan ‘ Si
Abang Tyan’
“ Nita my fairy, maaf aku tidak
bisa mennepati janjikui. Salam manis dari ‘Abang Tyan’ junior, dia kasep dan
ganteng kayak papanya. Semoga kamu menemukan pangeran yang tepat. I will always
keep you in my heart, My Fairy”
Aku
hanya bisa menangis dan mengurung diri
dikamar sambil memutar lagu Rossa “Tega”.
Aku tahu, dirimu kini telah ada yang memiliki.
Tapi bagaimanakah dengan diriku,
Tak mungkin kusanggup untuk kehilangan dirimu
Aku tahu bukan saatnya tuk mengharap cintamu lagi.
Tapi bagaimanakah dengan aku,
Tak mungkin kusanggup hidup sendiri tanpa cintamu
Luka yang
pernah ditorehkan Tyan semasa SMA, kini kembali menganga.
~TAMAT~
0 komentar:
Posting Komentar